Jumat, 19 Oktober 2012

Bulan Depan, Makam Arafat Dibongkar

Liputan6.com, Ramallah: Bulan depan, beberapa tim peneliti yang menyelidiki kejanggalan kematian mantan pemimpin Palestina, Yasser Arafat, akan membongkar makamnya. Mereka dijadwalkan tiba di Ramallah, Palestina, pada 26 November.
"Kami telah diberitahu komisi penyelidikan Prancis akan tiba pada 26 November untuk memulai pekerjaannya," kata sumber berwenang yang terkait dengan kasus itu kepada AFP.
Dilansir laman AFP, tim tersebut terdiri dari para peneliti Prancis yang diperkuat dengan para ahli dari Institut Radiasi Fisika di Universitas Lausanne, Swiss. Mereka rencananya akan tiba di Ramallah pada waktu yang sama dan melakukan penelitian lebih lanjut, termasuk membongkar makam Arafat.
"Untuk membongkar makam Arafat dan mengambil spesimen untuk analisis yang memakan banyak waktu, mungkin beberapa pekan atau bulan," tambah sumber tersebut.
Menurut keterangan sumber yang merahasiakan identitasnya itu, otoritas Palestina juga akan menyediakan tim tersebut dengan fasilitas untuk menemukan bukti kematian Presiden Yasser Arafat yang pasti.
Kasus dugaan pemimpin Palestina yang mati secara tak wajar ini sebelumnya diajukan oleh istri Arafat, Suha Arafat, yang menduga suaminya mati akibat diracun polonium. [Baca: Suha Arafat Ajukan Kasus Kematian Arafat ke Prancis]
Polonium adalah zat yang sangat beracun dan jarang ditemukan di luar kalangan militer dan ilmiah. Racun tersebut juga dilaporkan menjadi penyebab kematian mantan mata-mata Kremlin Alexander Litvinenko, yang meninggal pada 2006 di London akibat meminum teh yang dicampur dengan polonium itu. (FRD)

Fotografer Mengabadikan Lanskap "Negeri Ajaib"


Ini adalah pemandangan menakjubkan ladang rapa (rapeseed) yang diambil oleh fotografer Jerman Anne Berlin saat berkunjung ke Luoping, Cina.

Menurut Anne, "Benar-benar luar biasa, saya tak akan lupa pemandangan mengagumkan ini. Kuningnya begitu cerah."



Saat ia pertama keluar dari mobil, Anne begitu tercengang melihat pemandangan tersebut sampai-sampai ia lupa mengambil foto.

"Saya tak pernah melihat sesuatu yang seperti ini. Sangat mengagumkan. Saat saya berjalan di lanskap menakjubkan ini, saya merasa seperti Alice di Negeri Ajaib."

Anne dikelilingi oleh banyak lebah di sekitarnya. "Seperti berenang di kolam bunga kuning. Saya tak akan melupakan hari yang menyenangkan dan mengagumkan ini. Benar-benar luar biasa. Anda harus melihatnya sendiri."



Berlin sedang melakukan tur foto di Yunnan pada bulan Maret saat mengambil gambar-gambar ini.

"Dua hari terakhir kami tinggal di Luoping, sekitar 200 km timur Kunming, untuk mengambil foto ladang rapa", kata dia.

"Cuacanya tidak bagus untuk mengambil foto karena berkabut. Untuk mengambil gambar ini, kami harus memanjat bukit tinggi."

Saat mengambil gambar ini Anne menggunakan Canon 5D Mark II, 17-40mm dan 70-200mm.




sumber

Ilmuwan Harvard Menduga Bulan Tercipta dari Bumi

(REUTERS) -- Sebuah teori baru yang diajukan oleh para ilmuwan Harvard menyimpulkan bahwa Bulan dulunya adalah bagian dari Bumi yang lepas saat berputar setelah terjadi tubrukan dengan benda langit lain.

Dalam laporan yang diterbitkan Rabu lewat jurnal Science, Sarah Steward dan Matija Cuk mengatakan bahwa teori mereka akan menjelaskan alasan Bumi dan Bulan memiliki komposisi dan unsur kimiawi yang mirip.


Bumi berputar sangat cepat pada saat Bulan terbentuk, dan satu hari berlangsung hanya 2-3 jam.

Dengan perputaran Bumi yang sangat cepat itu, dampak dahsyat yang terjadi melontarkan cukup banyak materi Bumi untuk membentuk Bulan, menurut penjelasan para ilmuwan seperti diterbitkan oleh situs Harvard. http://www.fas.harvard.edu/~planets/sstewart/Moon.html

Menurut teori baru tersebut, Bumi kemudian mencapai perputaran seperti sekarang melalui interaksi gaya gravitasi antara orbitnya pada Matahari dan orbit Bulan pada Bumi.

Para ilmuwan sadar bahwa teori mereka berbeda dari teori yang kini awam dipahami, yaitu bahwa Bulan tercipta dari lepasan materi raksasa yang pernah menubruk Bumi.

Stewart adalah profesor ilmu bumi dan planet di Harvard, sedangkan Cuk, seorang astronom dan penyelidik di SETI Institute -- pendukung penelitian pencarian kehidupan ekstraterestrial. Cuk tengah melakukan penelitian pasca-doktoral di Harvard.

(Penulisan oleh Ellen Wulfhorst; Penyuntingan oleh David Brunnstrom)




sumber