Ilustrasi Supernova RCW 86 yang disaksikan astronom Cina pada 185 AD.
Astronom
dengan bantuan dua teleskop NASA, Spitzer dan WISE atau Wide-field
Infrared Survey Explorer, berhasil memecahkan misteri supernova berusia
2.000 tahun. Usia yang disebut merujuk pada rentang waktu antara
penemuan supernova dengan saat ini.
Supernova itu bernama RCW 86
dan berlokasi 8.000 tahun cahaya dari Bumi. Supernova tersebut dijumpai
astronom China pada tahun 185 Masehi dan tampak di langit saat itu
selama 8 bulan. Astronom China saat itu menyebutnya sebagai "guest
star". Baru pada tahun 1960, diketahui bahwa RCW 86 adalah supernova.
Misteri
dari supernova itu adalah bentuk bulat yang lebih besar dari yang
biasanya. Astronom mengatakan, jika supernova meledak saat ini serta
dilihat dalam cahaya inframerah, maka ruang yang diambil lebih besar
dari ruang bulan purnama.
Lewat penelitian, astronom menemukan
bahwa supernova tersebut merupakan supernova Tipe Ia. Sebelumnya,
supernova itu adalah bintang yang menyusut menjadi bintang katai putih,
menghisap material dari bintang sahabat yang berlokasi di dekatnya,
kemudian meledak.
"Ledakan bintang katai putih menyerupai abu asap
yang berasal dari api. Jika Anda punya bahan bakar, maka itu akan
meledak," ujar Brian Williams, astronom North Carolina State University,
Raleigh, seperti dikutip
Space.com.
Studi juga
menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya, bintang katai putih bisa
menciptakan ruang kosong di sekitarnya sebelum meledak. Adanya ruang
kosong inilah yang bisa membuat sisa-sisa RCW 86 tampak lebih besar dari
umumnya. Menurut astronom, ruang kosong memungkinkan material
dikeluarkan dengan leluasa bersama gas dan debu. Ruang kosong juga
memungkinkan sisa-sisa bintang tersebar.
"Astronomi modern
berhasil mengungkap satu misteri kosmos berusia 2.000 tahun untuk
mengungkap misteri yang lainnya. Kini dengan banyak observatorium yang
memperkaya kita tentang wawasan kosmos, kita bisa mengagumi fisika di
balik kematian bintang ini, dengan masih menyimpan rasa kagum seperti
astronom kuno," kata Bill Danchi, ilmuwan program Spitzer dan WISE di
NASA.